Wednesday 23 November 2016

Proses Terjadinya Angin Lokal (angin Setempat)


Angin lokal adalah angin yang hanya bertiup dan berlangsung pada suatu tempat tertentu saja, meliputi jenis angin darat - angin laut, angin gunung - angin lembah, dan angin fohn.

a)     Proses Terjadinya Angin Darat dan Angin Laut
Seperti telah dikemukan di atas bahwa permukaan bumi sebagian tertutup oleh laut dan sebagian lagi berbentuk daratan. Akibatnya, dalam waktu 24 jam terjadilah perbedaan temperatur udara yang nyata pada kedua permukaan bumi tersebut.
Akibat perbedaan temperatur udara menyebabkan terjadinya angin laut pada siang hari dan angin darat pada malam hari. Peristiwa ini terjadi karena daratan lebih cepat menerima panas pada siang hari dan cepat melepaskan panas pada malam hari.Sebaliknya, lautan sebagaimana sifat fisik air laut lebih sulit untuk menerima panas dan lebih sulit pula melepaskan panas. Keadaan itulah yang menyebabkan adanya perbedaan tekanan udara di kedua tempat sehingga menimbulkan terjadinya gerakan angin secara tetap.
Pada siang hari udara di daratan lebih panas dari permukaan laut sehingga tekanan udara di daratan lebih rendah (minimum) dan tekanan udara di permukaan laut lebih tinggi (maksimum). Ketika itu angin bertiup dari laut ke darat yang disebut angin laut. Para nelayan tradisional memanfaatkan angin laut sebagai sumber tenaga alam untuk memudahkan mereka berlayar ke tepi pantai. Pada malam hari udara di darat lebih dingin karena cepat melepaskan panas sedangkan di permukaan laut udaranya lebih panas lambat melepaskan panas. Tekanan udara tinggi (maksimum) berada di darat sedangkan di laut tekanan udaranya lebih rendah (minimum). Angin laut berhembus sekitar pukul 15.00 sore, dan sebaliknya angin darat berhembus sekitar pukul . 03.00 dini hari. Angin darat dimanfaatkan oleh nelayan tradisional sebagai sumber tenaga alam untuk melaut. Nama angin selalu disebutkan berdasarkan arah dari mana, datangnya, misalnya disebut angin laut karena datang dari laut, dan disebut angin gunung karena datang dari gunung.
















b)     Proses Terjadinya Angin Lembah dan Angin Gunung

Di daerah yang bergunung-gunung dan berlembah terutama di daerah pedalaman, pengaruh laut tidak terasa lagi. Akan tetapi, di lembah-lembah terdapat gerakan angin melalui lereng menuju puncak gunung. Hal ini disebabkan karena pada siang hari, puncak gunung lebih cepat panas dibandingkan dengan lembah sehingga tekanan udara di puncak gunung lebih rendah (minimum) dibandingkan dengan tekanan udara di lembah (maksimum). Akibatnya udara bergerak ke atas di sepanjang lereng dan disebut angin lembah.
Udara yang bergerak ke atas, adalah udara yang tidak mantap atau tidak stabil. Sebaliknya, pada malam hari lembah lebih panas dibandingkan dengan puncak gunung, sehingga tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum) dibandingkan dengan tekanan udara di puncak gunung (maksimum) dan angin bergerak menuju ke dasar lembah melalui sisi lembah yang disebut angin gunung.


c)     Proses Terjadinya Angin Jatuh atau Angin Fohn
Angin Fohn merupakan jenis angin kering yang bergerak menuruni lereng pegunungan. Bagaimanakah proses terjadinya angin fohn ini? Angin yang mengandung udara lembab bertiup ke arah pegunungan. Karena terhalang oleh pegunungan, maka angin tersebut naik mengikuti lereng dan mengalami penurunan suhu sebesar ±0,6°C setiap naik 100 m.
Pada saat angin bergerak naik, uap air yang dikandungnya mengalami pengembunan dan turunlah hujan di sebelah lereng pendakian. Selanjutnya angin terus bergerak melewati puncak pegunungan dan menuruni lereng sebelahnya sebagai angin kering. Pada waktu angin yang sudah kering tersebut menuruni lereng sebelahnya, temperatur udara bertambah 1°C setiap turun 100 m dan disebut sebagai angin panas atau angin fohn. Oleh karena sifatnya yang kering dan panas, angin fohn sering merusak tanaman perkebunan, sebab banyak menyerap kadar air dari daun-daun tanaman perkebunan dan tanaman menjadi layu.
Angin fohn yang berhembus di Indonesia antara lain
a.    angin bohorok di Deli (Sumatra Utara),
b.    angin kumbang di Cirebon (Jawa Barat) dan Tegal (Jawa Tengah),
c.    angin gending di Pasuruan dan Probolinggo (Jawa Timur),
d.    angin brubu di Ujungpandang (Sulawesi Selatan), dan
e.    angin wambraw di Biak (Irian Jaya).

Sebagian besar angin fohn memiliki sifat panas dan kering, namun jika bergerak dari puncak pegunungan tinggi, sifat angin fohn adalah dingin dan kering. Jenis angin fohn yang bersifat dingin dan kering ini antara lain angin mistral di pantai selatan Francis, angin bora di pantai Samudra Atlantik, dan angin sirocco di pantai Laut Adriatik.

No comments:

Post a Comment